Pada zaman itu para bhiksu mempertahankan hidupnya dengan meminta sedekah atau menunggu derma dari masyarakat. Orang kaya ini ketika melihat para bhiksu melewati rumahnya dia langsung akan menutup pintu rumahnya, tidak ingin menderma kepada mereka, jika ada pengemis yang meminta makan dia akan mengusirnya, menjaga hartanya bagaikan budak harta.
Orang kaya ini semakin hari semakin tua, pada suatu hari dia berkata kepada anaknya,”saya bersusah payah menjaga harta keluarga ini, sekarang saya serahkan kepadamu, engkau harus ingat seperti saya menjaga baik harta ini, jangan mudah memberikan kepada orang lain.”
Pada saat ini, diluar kota ada seorang perempuan yang sedang hamil tua, keluarga perempuan ini sangat miskin, ketika dia dalam keadaan sakit perut ingin melahirkan, suaminya berkata kepadanya,”saya bersusah payah keluar mengemis, masih tidak cukup untuk hidup kita berdua, sekarang bertambah satu anggota lagi, bagaimana saya bisa menghidupi keluarga ini? Saya tidak ingin melihat bayi ini lahir, saya akan meninggalkan kalian.”
Akhirnya suaminya pergi meninggalkannya, hati perempuan ini sangat sedih batinnya sangat menderita, ketika suaminya meninggalkannya, dia melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi ini matanya tertutup terus, setelah beberapa hari berlalu matanya masih belum terbuka, pada saat ini dia yakin anaknya adalah seorang yang buta. Tetapi walaupun betapa susah dan menderita dia akan bekerja keras menghidupkan anaknya ini.
Setiap hari ketika anak ini berumur tujuh tahun, dia sakit keras, ibunya ibunya sakit keras, maka dia sendiri yang pergi mengemis, malahan tidak ada orang yang simpati kepadanya, setiap orang yang melihatnya akan membencinya, anak kecil mengambil batu melemparnya, orang dewasa mengambil batang bambu memukulnya.
Tidak tahu apa sebabnya, pengemis kecil buta ini sangat dibenci orang. Setelah pulang ke rumahnya dengan menangis dia mengadu kepada ibunya,”Saya tidak mendapat sedekah sepersenpun, orang dewasa memukul saya, anak kecil melempar saya dengan batu, saya tidak bisa mengemis makanan untuk mama makan.”
Ibu dan anak ini saling berpelukan sambil menangis dengan sedih, beberapa hari sudah berlalu, anak ini tidak bisa mengemis makanan, sehingga mereka hanya bisa meminum air untuk menahan lapar, dengan terpaksa mempertahankan hidup, setelah beberapa hari penyakit ibunya sudah agak sembuh, anak buta ini memapah ibunya, atas petunjuk sang ibu mereka pergi mengemis lagi.
Ketika mereka sampai di kota melewati sebuah rumah yang besar, didalam hati mereka berpikir, “pemilik rumah ini pasti orang kaya, orang kaya pasti akan memberi sedekah satu atau dua mangkok nasi kepada pengemis, pasti tidak masalah!” akhirnya ibu dan anak ini mengetuk pintu meminta sedekah.
Tetapi pemilik rumah ini sudah berpesan kepada penjaga pintunya, “Saya tidak ingin melihat pengemis disekitar rumah saya, jika melihat pengemis mendekati rumah saya, segera usir mereka dari sini.”
Oleh sebab itu, ketika penjaga pintu melihat ibu dan anak pengemis ini mendekati rumah majikannya, dengan bengis mendorong mereka dan berkata,”J angan mendekat, disekitar rumah ini tidak boleh ada pengemis.”
Ibu pengemis ini tetap memohon, “Saya dan anak saya sudah beberapa hari tidak makan, anak saya masih begitu kecil, mohon belas kasihan kalian memberi saya satu mangkok nasi.”
Anaknya juga ikut memohon, “Tolonglah kami! Mohon bantuan tuan! Walaupun hanya setengah mangkok bubur juga tidak masalah!. Mereka memohon dengan memelas tidak ingin meninggalkan tempat ini.
Pada saat ini pemilik rumah keluar dan memaki,’ Hai pengemis, kalian tidak boleh mendekati rumah saya, cepat pergi, segera tinggalkan tempat ini!”
Ibu dan anak ini masih tidak mau pergi, akhirnya pemilik rumah menyuruh orang memukul mereka, anak buta ini dipukul sampai kepalanya berdarah, ibunya juga didorong terjatuh ke lantai.
Pada saat ini ada seorang bhiksu yang melewati rumah ini melihat kejadian ini, bhiksu ini melarang mereka berkata, “Jangan memukul lagi! Jangan memukul lagi! Didunia ini mana ada orang yang demikian durhaka? Ayahnya bersusah payah mengumpulkan begitu banyak harta untuk dinikmati anaknya, anaknya masih menyuruh orang memukul ayahnya, sungguh durhaka.”
Orang kaya ini setelah mendengar apa yang dikatakan bhiksu ini sangat heran, dia lalu berkata,”Kapan saya memukul ayah saya? Ayah saya telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.” Bhiksu ini berkata lagi, “hukum karma itu ada, ketika di masa hidupnya dia sangat pelit, menjaga harta bagaikan nyawanya, tidak pernah berderma untuk fakir miskin, maka setelah dia meninggal reinkarnasi di sebuah keluarga yang sangat miskin. Dia mencari begitu banyak uang untuk engkau nikmati, sedangkan engkau semangkok nasipun tidak ingin menderma, apakah ini bukan anak durhaka.”
Orang kaya ini mana mau percaya,dia lalu berkata ” Hai, Engkau ini sebenarnya siapa? Kenapa bisa tahu begitu banyak hal?” Bhiksu ini berubah menjadi Bodhisatva, ketika orang ini mengangkat kepalanya melihat Bodhisattva, dia segera berlutut memohon pengampunan dari Bodhisattva.
Kehidupan yang lalu pengemis kecil ini adalah ayah orang kaya ini, karena pada masa hidupnya sangat kikir tidak pernah berbelas kasih dan menderma kepada fakir miskin, setelah reinkarnasi disebuah keluarga yang sangat miskin, buta dan menjadi pengemis, dibenci oleh orang yang melihatnya, dicaci dan dipukul orang, ini semua adalah hukuman atas karma yang dilakukannya dikehidupan yang lalu karena tidak pernah beramal dan berbuat baik.
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/19645-reinkarnasi-dari-orang-kikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar