Tampilkan postingan dengan label kejawen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kejawen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 April 2010

Arjuna Sosok Ksatria Ideal

MENURUT versi Mahabharata, Arjuna adalah putra Batara Indra dengan Dewi Kunti. Itulah sebabnya ia disebut Indratanaya (Indraputra), artinya anak Batara Indra. Di India, Arjuna adalah seorang ksatria yang ideal, seorang prajurit. Ia merupakan tokoh yang memiliki kualitas kepahlawanan. Menurut pedalangan Jawa, Arjuna (Janaka), adalah putra Prabu Pandudewanata (raja Hastina) dengan Dewi Kuntitalibrata. Ia putra ketiga dengan urutan sebagai berikut:
1. Raden Puntadewa,
2. Raden Wrekudara,
3. Raden Arjuna (Janaka).
Kasatrian (tempat tinggal) nya di Madukara. Patihnya bernama Patih Rata (Surata). Arjuna adalah sosok tokoh yang kaya akan pengetahuan dan ilmu (Jw: buntas ing kawruh lawan ngelmu), kaya akan senjata dan mantera (Jw: sungih gaman lan mantram), kaya akan istri (Jw: sugih bojo).
Arjuna kaya akan ilmu. Di mana ada pendeta sakti (Jw: pandhita sing gentur tapane, mateng semadine, sidik paningale) didatangi, ditimba ilmunya sampai tuntas/habis.
Kaya akan senjata dan mantera.
Karena kegemarannya berguru, bertapa dan menolong orang, Arjuna memiliki banyak pusaka. Pusaka yang berupa panah:

Arda Dadali/Roda Dadali,
Haryas Sangkali,
Saratama,
Mercujiwa,
Brahmasirah,
6. Agneyastra,
Pasopati.
Yang berwujud busur namanya Kiai Gandhewa. Yang berupa cambuk namanya Kiai Pamuk. Yang merupakan warisan dari orangtuanya (Prabu Pandu) adalah Panah Merdaging, keris Kiai Kalanadah dan Kiai Pulanggeni. Yang berupa mantera: aji Sepiangin, Malayabumi, Sempaliputri, Tunggengmaya, Asmaragama (Kamasutra).

Kaya akan istri. Di dunia pedalangan secara resmi istri Arjuna ada sembilan orang putri, mereka adalah:

Dewi Wara Sumbadra, putri Mandura, berputra Abimanyu.
Dewi Wara Srikandi, putri Pancala, tidak berputra.
Dewi Larasati (Rarasati), dari kademangan Widarakandang, berputra Sumitra danBratalaras.
Dewi Ulupi (Dewi Palupi), putri Begawan Jayawilapa dari pertapaan Yasarata, berputra Bambang Irawan.
Dewi Jimambang, putri Begawan Wilwuk ((Wilawuk) dari pertapaan Pringcendani, berputra dua orang: Kumaladewa dan Kumalasekti.
Dewi/Endang Manuhara, putri Resi Sidanggana dari pertapaan Andongsekar, berputra dua orang putri bernama Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati.
Dewi Dresanala, putri Batara Brama, berputra Wisanggeni.
Dewi Wilutama, seorang bidadari, berputra Wilugangga.
Dewi Supraba, seorang bidadari, berputra Prabakusuma..Meskipun Arjuna sakti dan menguasai banyak ilmu, namun ia tidak sombong. Ia hidup bergaya ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Gaya ilmu padinya terpancar dari sikapnya yang pendiam, sopan santun, tahu menghargai orang lain. Karena kematangan jiwanya, ia mampu menahan marah. Jika marah biasanya Arjuna menggigit bibirnya (Jw: nggeget lathine).
Wayang kulit Arjuna memiliki tiga wanda: 1. Wanda Jenggleng (Jimat), untuk jejer, sunggingan brongsong (brom/prada emas), 2. Wanda Yudasmara (Kadung), untuk pertemuan dengan putri, sunggingan brongsong, 3. Wanda Kinanthi, untuk perang, sunggingan muka hitam, badan prada emas.


http://warta.pepadi.com/?p=42

Minggu, 17 Januari 2010

Ajaran Syekh Siti Jenar- San Ali Anshar (4)

Telah diceritakan bahwa setelah kepergian Syech Abdul Jalil, kemudian hadir pula orang bernama San Ali Anshar. Ia adalah gurunya Hasan Ali alias Raden Anggaraksa. Ia juga membuka perguruan dan memproklamirkan dirinya sebagai Syekh Siti Jenar.

Seperti muridnya, ia juga mengajarkan tarekat ganjil yang dicampur dengan ilmu ketabiban, ilmu sihir dan ilmu kanuragan. Ajaran syekh siti jenar meliputi ajaran tentang Ketuhanan, manusia dan alam.

Mengenai Tuhan.

Syekh siti jenar berpendapat bahwa Tuhan adalh ruuh tertinggi, ruh Maulana yang utama, yang mulia, yangs akti, yamng suci tanpa kekurangan. Itulah Hyang Widhi, ruh maulanayang tinggi dan suci menjelma menjadi diri manusia.

Hyang widhi itu tidak dimana-mana, tidak di langit, tidak di utara ataupun selatan. Manusia tidak akan menemuinya meski berkeliling jagad. Ruh maulana iytu ada dalam diri manusia. Karena manusia merupakan penjelmaan dari ruh maulanan, sebagaimana dirinya yang sama-sama menggunakan hidup ini dengan indera, jasad yang akan kembali pada asalnya, tanah, busuk hancur dan kotor. Jika manusia mati, maka ruhnya kembali bersatu ke asalnya yaitu ruh maulana yang bebas dari penderitaan.

Ajaran tentang kesatuan ruh syekh siti jenar tampaknya ada kesamaan dengan ajaran hindu yang mengatakan bahwa manusia terdiri dari ruh universal yang menjadis egala yang ada in, tidak berawal, tidak berakhir. Tidak terikat dengan rangsangan indera yang melingkupi jasmani manusia.

Mengenai kehidupan manusia

Syekh siti jenar mempunya pandangan yang unik mengemai kehidupan dunia. Dia berpendapat bahwa hidup dinuia ini adalah mati. Dikatakan demikian , karena dalam hidup ini ada surga dan neraka yang tidak bisa ditolak oleh manusia. jika seseorang berada dalam keadaan bingung, kalut, risih, muak menderita itu artinya dia bearad di neraka. Sebaliknya jika manusia hidup mulia, sehat cukup makandan pakaian maka ia di dalam surga. Namun kesenangan ini hanya sekejap akarena bagaimanapun juga manusia dan sarana kehidupannya akan hancur.

Orang yang hidup didunia ini adalah mayat yang berjalan kian kemari untuk mencari makan dan pakaian, intan permata dan kekayaan yang menyenangkan jasmani mereka. Menurut syekh siti jenar hidup di dunia adalah derita, sehingga ia menyesali kehidupannya. Menurutnya kematian merupakan pintu bagi ruh manusia untuk kembali ke asalnya, berkumpul dengan ruh maulana, sehingga susah, gembira tak ada lahgi, kembali ke alam keabadian. Sehingga ajaran syekh siti jenar sangat menekankan pada upaya manusia untuk hidup yang abadi agar tahan mengalami hidup di dunia ini. Syekh siti jenar selalu mengajarkan bagaimana cara mencari moksa. Hidup ini mati, karena mati adalah hidup yang sesungguhnya , maka manusia bebas dari segala derita.

Ajaran Syekh Siti Jenar- Hasan Ali (3)

Selepas kepergian Abdul Jalil ada seseorang bernama Hasan Ali membuat dukuh baru tak jauh dari Lemah Abang. Ia mendakwahkan dirinya sebagai Syekh Lemah Abang. Menurutnya untuk mencapai Kebenaran Sejati diperlukan tata cara sebagai berikut: “untuk mencapai Aku maka yang wajib dikuat teguhkan adalah aku. Tanpa menguatkan angan-angan khayalan menjadi Allah maka manusia tidak akan menyatu dan menjadi Allah. Sebab itu, kuat dan teguhkanlah daya khayalmu bahwa engkau adalah Allah sendiri. Akumu adalah Aku Allah

Diantara ajarannya adalah berupa tekniki pernapasan ditambah sederet mantra-mantra. Mantra yang diajarkan umumnya berkaitan dengan ilmu kanuragan (kasekten) ilmu pengobatan, ilmu sihir yang bercampur aduk dengan ajaran batiniah. Murid-murid yang umumnya datang dari kalangan awan tidak memahami ilmu keislaman. Mereka tidak bisa membedakan mana pengetahuan rohani yang menuju jalan kebenaran dan pengetahuan perdukunan yang menuju pemenuhan pamrih pribadi yang diliputi hasrat nafsu rendah badani.

Ajaran Syekh Siti Jenar - Syekh Abdul Jalil (2)

Syekh Abdul Jalil mengajarkan agama Islam secara kaffah antara syariat, thariqat, hakikat dan makrifat diajarkan secara berimbang dan berjenjang. Ajaran sufinya adalah apa yang disebut sasyahidan. Karena itu ia lebih dikenal sebagai Syekh Lemah Abang atau Syekh Siti Jenar. Syekh Abdul Jalil tidak sembarangan mengajarkan hakikat dan makrifat hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran yang ia ajari bukan sembarang orang apalagi orang awam.

Konon demikian banyaknya para pengikut Syekh Siti Jenar-Syekh Abdul Jalil ini dan mereka memuja-mujanya bagaikan dewa. Padahal yang demikian tidak dikehendaki oleh Syekh Abdul Jalil. Maka buru-buru Syekh Abdul Jalil berpamit meninggalkan padepokan Siti Jenar. Sebelum pergi ia berwasiat kepada murid-muridnya dan orang-orang yang mengaku sebagai pengikutnya:

“Sebelum aku pergi meninggalkan kalian, sangat baik jika aku tinggalkan wasiat kepada kalian, yang dengan wasiat ini kalian tidak akan tersesat dalam menjalani hidup didunia dan akhirat. Dengan wasiat ini kalian akan selalu berada di jalan Kebenaran sampai ke hadirat-Nya. Maka jangan sekali-kali kalian melepaskan wasiat yang aku tinggalkan ini. Pegang wasiat itu sebagai pusaka”

Pertama-tama, inilah wasiatku, setiap orang harus sadar jika segala sesuatu yang tergelar di alam semesta ini adalah nisbi. Tidak ada yang berlaku mutlak. Maka setiap orang harus hidup madya (tengah-tengah) ora ngoyo (tidak berlebihan dan tidak ngongro ( tidak melampaui batas) prinsip ini hendaknya kalian jadikan pusaka dalam segala hal yang menyangkut kehidupan kalian, baik yang duniawiah maupun ukhrawiah dan Ilahiah. Dalam kehidupan duniawi kalian bisa memaknai prinsip ini dengan kehidupan yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan sehingga membuat seseorang tertimbun harta kekayaannya. Kalian juga boleh memaknainya dengan pengekangan terhadap nafsu perut dan nafsu syahwat yang sesuai dengan nila-nilai kepantasan manusia. Kalian juga boleh memaknainya sebagai pengekangan terhadap ambisi kekuasaan yang membahayakan. Pendek kata maknailah prinsip madya ini sesuai kemampuan akal budi dan hati nurani kalian masing-masing dengan ukuran keseimbangan dan penghormatan atas kehidupan “

“Di dalam kehidupan ruhaniahpun berlaku prinsip madya. Maka aku melarang murid-muridku dan pengikutku untuk bertapa di gua-gua dan di hutan-hutan, kurang tidur, kurang makan, tidak kawin, tidak bergaul dengan manusia yang lain, tenggelam dalam lautan ruhani. Sebab, hak-hak ruhani harus dipenuhi secara pantas. Hak-hak jasmanipun hendaknya tidak diabaikan. Penuhilah hak ruhani dan jasmani secara seimbang, bukan aku menganggap tidak baik perilaku-orang-orang yang meninggalkan keduniawian dengan menjadi pertapa. Semua manusia bebas memilih yang terbaik bagi dirinya, tetapi bagi pengikutku hal seperti ini tidaklah dibenarkan. Hiduplah dengan prinsip ditengah-tengah, yaitu madya.

“Di dalam pengetahuan tentang Yang Illahi pun prinsip madya ini hendaknya tetap kalian pusakakan. Sebab ada diantara umat Islam yang memiliki pandangan berlebihan dalam memaknai Yang Illahi. Mereka memandang bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Suci, Maha Sempurna, Maha Baik, Maha Kasih. Sehingga dari Allah memancar Kebaikan, Kesempurnaan, Kesucian dan Kasih. Mereka menganggap mustahil dari Allah memancar ketidak adilan, ketidak sempurnaan, ketidak sucian dan kemurkaan. Pandangan ini sah bagi pengikut paham ini. Pandangan ini benar bagi yang meyakininya”

Tetapi dengarkanlah wahai murid-murid dan pengikutku, bahwa aku Syekh Siti Jenar, tidak pernah mengajarkan keyakinan yang berlebihan dan melampaui batas seperti itu. Ajaranku tetap bertolak pada prinsip madya, di tengah-tengah. Sebab jika seseorang menganggap bahwa Allah adalah Kebaikan, Kesempurnaan, Kesucian, Maha Kasih dan dari-Nya tidak bisa memancar ketidak baikan, ketidak sempurnaan, ketidak sucian dan kemurkaan maka sejatinya orang tersebut telah terperangkap ke dalam jaring-jaring masalah yang rumit yang bakal membawanya ke jurang kemusyrikan. Mereka akan menganggap ketidak baikan dan ketidak sempurnaan berasal dari Dzat selain Allah, yaitu kuasa kegelapan dari kejahatan. Itu berarti mereka menganggap ada dua Dzat yang berbeda, yaitu Allah dan dzat selain Allah. Kalau keyakinan itu diikuti maka orang akan menolak keberadaan Asma Illahi yang saling bertolak belakang (al asma al-mutaqabilah) yang berujung pada Asma Allah sebagai keseluruhan asma Allah yang bertentangan (Majmu al asma al-mutaqabilah) . mereka akan menolak nama Allah yang Maha Menyesatkan (al-Mudhill) Yang Memberi Kesempitan (al-Qabidh) Yang Maha Menista (al-Mudzil) Yang Memberi Bahaya (adh-dhar) Yang Membinasakan (al-mumit) mereka juga akan mengingkari bahwa dunia yang tidak sempurna ini berasal dari Allah. Aau mengingkari bahwa iblis, setan mahluk-mahluk kegelapan dan manusi-manusia terkutuk berasal dari Allah. Padahal segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Dengan memegang teguh prinsip hidup madya ini, sangatlah tidak masuk akal jika kalian sebagai murid-murid dan pengikutku memperlakukan aku secara berlebihan. Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan kalian menciumi kakiku, merangkul lututku, mengusap jubahku mengelus terompahku bahkan mengambil tanah bekas telapak kakiku. Itu berlebihan. Itu melampui batas. Itu thaghut. Itu pemberhalaan yang justru aku tentang selama ini. Sebab Nabi Muhammad SAW, manusia agung yang menjadi panutanku selalu menolak bila diperlakukan secara berlebihan. Dia selalu menampakkan kehambaan dan kerendahan hatinya. Dia selalu berada di tengah-tengah dan mengajarkan agar pengikutnya pun berada di tengah-tengah. Maka mulai saat ini aku katakan bahwa mereka yang memperlakukan aku atau siapapun diantara manusia secara berlebihan dan bahkan memberhalakannya, maka dia bukanlah pengikutku apalagi murid ruhaniku. Dari uraian diatas jelas bahwa Syekh Abdul Jalil memilki pemahaman Tauhid Ahlussunah wal Jamaah

Asal Usul Syekh Siti Jenar (1)

Banyak sekali versi tentang asal usul Syekh Siti Jenar, hal ini membuat orang menjadi bingung dan ragu, apakah Syekh Siti Jenar itu benar-benar ada ataukah hanya sekedar tokoh imajiner dari para penulis Babad dan Suluk. Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang adalah seorang anggota Walisongo, namun karena di kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama maka Syekh Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedududkan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat, bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang) yang telah bertobat dan menjadi murid Sunan Kalijaga.

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Syekh Abdul Jalil. Ia adalah putera seorang ulama Malaka bernama Syekh Datuk Soleh yang hijrah ke Caruban (Cirebon). Sejak masih kecil Abdul Jalil ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Ia diambil sebagai anak angkat oleh Ki Danusela seorang Kuwu Caruban. Ki Danusela adalah keturunan Prabu Kertawijaya Maharaja Majapahit. Dia menikah dengan Ratu Inten Dewi puteri Prabu Surawisesa Ratu Sanghiang Ratu Aji Pakuan Pajajaran keturunan Sri Baduga Maharaja.

Sejak kecil Abdul Jalil menimba ilmu agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Mekah dan Baghdad. Ia kembali ke Tanah Jawa untuk berdakwah menyebarkan Islam. Syekh Abdul Jalil membuka dukuh-dukuh baru yang tersebar di Pulau Jawa. Dukuh-dukuh itu dinamakan Lemah Abang, Siti Jenar, Siti Abrit, Lemah Putih, Lemah Ireng. Namun karena merasa mendapat perlakuan yang berlebihan bahkan cenderung mulai memberhalakan dirinya, maka Syekh Abdul Jalil memutuskan untuk kembali ke Caruban.

Selepas kepergian Abdul Jalil ada seseorang bernama Hasan Ali membuat dukuh baru tak jauh dari Lemah Abang. Ia mendakwahkan dirinya sebagai Syekh Lemah Abang. Padahal Syekh Lemah Abang sejatinya adalah Syeikh Abdul Jalil. Orang ini sengaja memakai nama gelar Syeikh Abdul Jalil untuk kepentingannya sendiri. Hasan Ali adalah putra Resi Bungsu dan cucu Prabu Surawisesa Raja Pakuan Pajajaran. Nama asli Hasan Ali adalah Raden Anggaraksa. Ia mengajarkan ilmu yang menjadi kebalikan dari ajaran Syekh Abdul Jalil.

Kemudian hadir pula orang bernama San Ali Anshar. Ia adalah gurunya Hasan Ali alias Raden Anggaraksa. Ia juga membuka perguruan dan memproklamirkan dirinya sebagai Syekh Siti Jenar. Dialah yang mengajarkan paham bersatunya hamba dengan Tuhan (Wahdatul Wujud) serta sinkretisme Islam dengan agama Hindu & Budha, yang pada perkembangannya kemudian kita kenal sebagai kejawen. Sehingga para penganut kejawen sering diistilahkan sebagai kaum abangan, yang dinisbatkan pada tokohnya Syekh Lemah Abang. (bersambung)