Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Oktober 2010

Mengenal Para Gali Jogja

belum selesai ditulis
OPERASI memberantas kejahatan di Yogyakarta menghangat lagi. Sclama sebulan terakhir ini, sedikitnya ditemukan enam mayat "gali", dengan luka yang mematikan di leher dan kepala. Dua di antaranya adalah mayat Budi alias Tentrem, 29, dan Samudi Blekok, alias Black Sam, 28, yang dikenal sebagai pentolan. Mayat Budi, yang dulu dikenal dengan gang Mawar Ireng-nya, ditemukan dalam parit di tepi jalan di daerah Bantul, tepat pada awal tahun 1985. Sedangkan mayat Blekok diketahui tergeletak di belukar di daerah Kotagede, sehari sebelumnya. "Mukanya rusak, hampir tak bisa dikenali lagi," ujar seseorang yang mengenal Blekok. Menurut sumber TEMPO, Budi dan Blekok termasuk pentolan gali. Ketika di Yogyakarta dan sekitarnya ada Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK), 1983, keduanya memilih lari daripada menyerahkan diri. Entah kapan keduanya kembali ke Yogya, tahu-tahu mereka dijumpai sudah menjadi mayat. "Kami tak mau ambil risiko terhadap mereka yang membandel dan beberapa kali melarikan diri. Tapi, terhadap mereka yang mau sadar dan kembali ke masyarakat secara baik-baik, kami menerimanya dengan baik pula," ujar Letnan Kolonel Tuswandi, 43, komandan Kodim 0734 merangkap kepala staf Garnisun Yogya, kepada TEMPO, mengomentari penemuan beberapa mayat gali. Dikatakan bahwa Blekok dan Budi selama ini memang sudah masuk daftar hitam karena tak mau menyerah itu. Pada masa jayanya, Blekok dikenal sebagai orang kuat dalam kelompok Slamet Gaplek. Kelompok ini mempunyai daerah kekuasaan di seputar pertokoan Ngampilan dan Wirobrajan. Setiap bulan, mereka rajin sekali menarik upeti dari pemilik toko. Bila ada yang berani membangkang, tak segansegan mereka melakukan tindak kekerasan. Blekok, menurut sumber yang mengetahui, bertubuh kekar dan berkulit hitam. Ke mana-mana ia biasa mengendarai sepeda motor bersetang tinggi. Di pinggang, senantiasa terselip senjata kebanggaannya, trisula. Dia gemar mengenakan celana Jin butut, bajunya berbunga warna-warni, lengkap dengan selendang di lehernya. Ia pintar main gitar dan sering membawakan lagu-lagu dari Rolling Stone. Sedikit-sedikit, ia bisa berbahasa Inggris. Tak heran bila di kalangan turis bule - yang biasa nongkrong di seputar Sosrowijayan - namanya cukup populer. "Ia mendapat panggilan akrab Black Sam, dan sering kelihatan runtang-runtung bersama cewek kulit putih sepanjang Malioboro," kata sebuah sumber kepada E.H. Kartanegara dari TEMPO. Ia cepat menjadi akrab dengan para turus itu, barangkali, karena sering mengisap ganja dengan cara ngebung - mengisap dengan pipa dari bambu. Ketika pada Maret 1983 ada operasi besar-besaran terhadap gali yang dimotori komandan Garnisun Yogya, Letkol M. Hasbi , Blekok meninggalkan Yogya. Rupanya, Yogya dinilainya sudah "aman", hingga ia pun berani kembali. Tapi, ternyata ia kembali untuk menjemput maut. Akan halnya Tentrem, dulu menguasai daerah Bantul Barat. Tak hanya mengutip upeti, kelompok Tentrem ini juga diketahui beberapa kali melakukan perampokan dan tindak kejahatan lain. Ia menyelamatkan diri sampai ke Jambi, sewaktu rekan-rekannya kena dor. Di sana, kabarnya, ia sempat terlibat pencurian kayu, dan tengah dicari petugas. Bisa jadi, di rantau ia tak kerasan, dan memilih balik ke Yogya. Apa mau dikata, ternyata kemudian ia tewas, menyusul rekan-rekannya yang sudah kena dor pada April-Mei 1983 lalu. Ketika itu, tercatat paling tidak empat pentolan gali yang tertembak mati, yaitu Suwahyono, Ismoyo, Supeno, dan Slamet Gaplek - bosnya Blekok. Belasan gali lain, yang mencoba melawan atau melarikan diri, pun ikut tertembak mati. Suwahyono, 31, merupakan tokoh gali yang pertama kali kena tembak. Petugas terpaksa menghajarnya dengan peluru, karena ia mencoba lari saat digerebek di lokalisasi WTS Sanggrahan. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai "penguasa" di seputar Gondomanan. Ismoyo, 35, tewas tak lama kemudian akibat keroyokan massa. Ia merupakan tokoh "gali intelek" - tamatan Fakultas Sosial Politik UGM. Akan halnya Supeno, sebelum tewas tertembak, sempat ditahan di Garnisun Yogya. Pengelola perjudian di dekat Stasiun Tugu, yang mempunyai puluhan anak buah, itu akhirnya tertembak karena - kabarnya-mencoba melarikan diri. Slamet Gaplek sendiri, 30, tertembak di tempat persembunyiannya di Pakis Gunung, Surabaya, awal Mei 1983. Para pentolan itu, dari hasil kutipan sanasini, berpenghasilan lumayan: Rp 1 juta sampai Rp 2,5 juta sebulan. Tak heran bila mereka bisa hidup berfoya-foya, mempunyai istri lebih dari satu, dan punya beberapa rumah yang cukup mentereng. "Organisasi mereka sudah memru mafia, dan jaringannya sudah mengakar di mana-mana," ujar Hasbi, ketika itu. Menurut Tuswandi, operasi memberantas kejahatan di Yogya memang berjalan terus. Sebab, "Kejahatan 'kan juga masih terus ada." Ia tetap mengimbau agar para gali yang belum menyerah segera kembali menjadi orang baik-baik. Kini, tercatat hampir 600 gali di Yogya yang sudah bertekad untuk insaf. Mereka mendapat pembinaan dan pengawasan dari pamong setempat. Sebagian ada yang masih dikenai wajib lapor. Ada yang setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. Dan bagi yang enggan dibina, "pembinaan paksa" tampaknya akan diterapkan.

Begitu juga Iman Supeno yang pernah mengaku kepada TEMPO, mempunyai penghasilan Rp 1,5 juta sebulan dari daerah kekuasaannya. Hampir semua tokoh yang sudah marhum itu mempunyai rumah dengan perabotan "lumayan" -- seperti tv berwarna, lemari es, dan juga mobil. Selain ada gali yang kaya juga ada yang sarjana -- bahkan pegawai negeri. Salah seorang dari 60 gali Yogyakarta yang tertembak, adalah sarjana jurusan Ilmu Sosial dan Politik, UGM, Drs. Ismoyo. Bekas pegawai Pemda Yogyakarta itu berhenti jadi pegawai negeri karena "nyambi" di dunia hitam. Begitu pula Bagong Supriyadi, bekas Lurah Desa Keparakan Yogya, yang kini terkena wajib lapor bersama ratusan gali lainnya. Ia diberhentikan dari jabatan, dan dipindahkan ke Sub Dit Pemerintahan Kodya Yogya, karena melarikan diri ketika gali diporak-porandakan di kota itu. Mula-mula ia membantah disebut gali. "Sejak dari rahim Ibu, saya tidak pernah memeras, apalagi merampok," ujar Bagong. Tapi, setelah ditunjukkan bukti-bukti, Bagong mengaku mempunyai 60 anak buah dan "memungli" 100 bis kota. "Tapi yang memungut Koperasi Angkutan Kota, kami hanya kebagian jatah 50 bis dengan pungutan masing-masing Rp 1.500 sehari," tutur Bagong di rumahnya. Kini ia tumbang
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1985/01/19/KRI/mbm.19850119.KRI38127.id.html
ip52-214.cbn.net.id/id/.../mbm.19830618.KRI44351

Tokoh: Mengenal Slamet Gaplek, Gali Jogja

"IBU harap menyiapkan peti mati, dua meter kain putih, dan dua meter plastik." Begitu kata-kata singkat seorang petugas kecamatan. Wagirah, perempuan tua penduduk Kampung Ngadiwinatan, Yogyakarta, tak sempat bertanya banyak -- karena tamunya segera pamit. Ia hanya bisa menduga, dengan hati waswas, permintaan petugas itu ada hubungan dengan anaknya, Slamet Gaplek, tokoh gali yang sudah sebulan lebih menghilang.
Apalagi, sehari sebelum tamu itu datang 1 Mei 1983, beberapa petugas berpakaian preman menggeledah semua rumah di kampung itu. Para-para sampai kolong tempat tidur digeledah dengan cermat. "Kami akan membersihkan hama kalian," kata petugas operasi pemberantasan gali dari Garnisun Yogyakarta, yang tampak penasaran tak berhasil menemukan Slamet Gaplek di sana.
Slamet, akhirnya pulang ke rumah ibunya, tertutup rapat dalam peti. Menurut sumber di Garnisun Yogya Slamet Gaplek ditemukan di daerah Pakis Gunung, Surabaya, awal Mei lalu. Sejak gali-gali dibabat, Slamet tampaknya bersembunyi di sana. Ketika hendak ditangkap kata sumber itu lagi, Slamet, 30 tahun, yang bertubuh kekar menurut saja. Tapi begitu hendak dinaikkan ke atas mobil ia berontak, "sampai borgol di tangannya patah." Maka, tak ada jalan lain kecuali melumpuhkannya dengan "si bongkok". Seseorang yang mengetahui menyatakan bahwa di baju Slamet, yang dikenakan saat ia ditembak, konon ada sekitar 20 lubang bekas peluru.
Slamet Gaplek dikenal sebagai tokoh gali sekaliber Suwahyono, yang mati tertembak lebih dahulu (TEMPO, 16 April 1983). Gemar naik jip bergambar pedang bersilang, Slamet mempunyai daerah kekuasaan di pertokoan seputar Ngampilan dan Wirobrajan. Cahyadi, pemilik toko besi Yogya Indah, mengaku setiap bulannya dikenai "pajak" Rp 10.000 oleh kawanan Slamet.
"Setelah Wahyo tertembak, ia datang sendiri minta pungutan untuk tiga bulan," kata Cahyadi lagi. Setelah kawan dekatnya itu tertembak mati -- ketika itu Slamet sempat ikut melayat -- ia rupanya merasa terancam juga. Ia lalu mendatangi beberapa toko yang berada "di bawah perlindungannya", mencari bekal, lalu menghilang dari Yogya. Dan sejak itu petugas sibuk mencarinya.
Rumah orang tuanya di Ngadiwinatan, rumah kedua istrinya, dan bahkan tempat Slamet diketahui sering memancing -- di Pandaan, Gunung Kidul -- tak hentinya dilongok petugas. "Ia sungguh membuat kami lelah," kata seorang petugas yang ikut memburu Slamet. Tak tahunyua ia bersembunyi di Pakis Gunung. Yayuk, 23 tahun, istri muda Slamet, mengaku terakhir kali menemui suaminya di sana, dua minggu sebelum ia mati tertembak. Saat itu, katanya, "Mas Slamet sebenarnya ingin menyerah, tapi tidak tahu caranya." Ayah dari tiga anak itu, diakui Yayuk, selalu memberi uang belanja yang lumayan.
Slamet ternyata tak hanya menyayangi kedua istrinya. Ia juga menyayangi ibunya. Rumah Nyonya Wagirah di Ngadiwinatan, yang dibangun Slamet tergolong top. Berdinding beton, rumah seluas sekitar 100 m2 itu beratap genteng kualitas tinggi, yang dicat dengan warna hijau dan kuning. Di kamar tamunya, yang terasa lapang dan nyaman oleh kaca riben, terdapat sebuah lemari es dan teve berwarna. Di halaman rumah, ada taman yang asri, lengkap dengan lampu warna ungu.
Rumah kedua istrinya di kampung lain, kondisinya juga kira-kira sama. Tak heran karena dari "bisnis"-nya, menurut perhitungan sebuah sumber di Garnisun, "Slamet paling tidak bisa mengantungi Rp 2,5 juta sebulan." Penghasilannya yang menyamai golongan kelas menengah itu, barangkali betul. Tapi, kata Yayuk, setahunya itu bukan hasil memeras. "Mas Slamet punya bengkel sepeda motor," katanya.
Namun Nyonya Wagirah, ibunya, mengakui bahwa sejak kecil Slamet memang sudah senang berkelahi dan mencuri. Sering membolos ketika di SD, Slamet kecil senang mencuri gaplek yang baru diturunkan dari truk dekat sekolahnya. Sejak itu ia dikenal dengan sebutan Slamet Gaplek. "Nama sebenarnya Slamet Trihartono," kata Nyonya Wagirah.
Berbeda dengan Slamet yang hanya tamatan SD, tokoh gali lain yang juga mati dalam waktu hampir bersamaan, Ismoyo, adalah seorang sarjana. Ia lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Menurut keluarganya, Ismoyo, 35 tahun, meninggal akibat tembakan. Tapi, petugas di Garnisun menyatakan, "ia mati karena dikeroyok massa."
Punya kegemaran menyabung ayam dan berjudi, Ismoyo pernah menjadi karyawan Pemda Yogya, di biro organisasi dan tata laksana. Ia dipecat karena sering membolos. Rupanya ketika itu ia sudah mempunyai "usaha sambilan" yang lebih menguntungkan. Menurut keluarganya, usaha Ismoyo bukan memeras, melainkan berusaha sebagai seorang wiraswasta. Gali atau wiraswasta, apa mau dikata, kini ia telah tiada. Tak jelas ia korban ke berapa. Tapi operasi pemberantasan gali di Yogya yang dilancarkan sejak akhir Maret, dikabarkan sudah "melumpuhkan" puluhan orang -- mereka yang tak mau menyerah.

Minggu, 19 September 2010

Los Zetas, Sang Ksatria Dunia Hitam

masih dalam proses editing...
Pembunuhan, pembantaian massal, pemenggalan kepala, dan tindak kriminal lainnya telah menjadi berita sehari-hari di hampir semua negara bagian di Meksiko. Meksiko adalah negara paling berbahaya di dunia akibat pertarungan sengit antarmafia narkoba.
Pertempuran antar kartel narkotika terutama Kartel Tijuana, Kartel Juarez, Kartel Sinaola, Kartel Teluk, Organisasi Beltran Leyva menjadi tragedi harian rakyat meksiko. Kasus terbaru, , 25 orang dibunuh di Ciudad Juarez, Meksiko utara. Dua pekan sebelumnya, 72 imigran gelap dibantai di Tamaulipas, di kawasan Teluk Meksiko.

Los Zetas termasuk salah satu kartel paling kejam di Meksiko, bahkan di Amerika Tengah. Pembantaian 72 imigran di Tamaulipas melibatkan Los Zetas. Kartel ini mengabdikan seluruh aktivitasnya untuk perdagangan ilegal narkoba internasional dan kejahatan lainnya. Sebutan ”ilegal” untuk membedakan narkoba legal, yang dibudidayakan dan digunakan terbatas berdasarkan hukum dan biasanya, antara lain, untuk penelitian dan kedokteran.

Los Zetas dibentuk oleh sekelompok desertir Pasukan Khusus Angkatan Darat Meksiko. Fungsi dan tugas pasukan khusus ini mirip dengan Kopassus TNI AD di Indonesia. Sekarang ini, para mantan pegawai federal, negara bagian, polisi lokal, dan bahkan mantan Kaibiles dari Guatemala bergabung dengan kartel ini.

Kaibiles adalah sebuah pasukan operasi khusus di Guatemala. Mereka memiliki kemahiran khusus dalam taktik perang di hutan serta operasi kontra-pemberontakan. Identitasnya dibedakan dari pasukan reguler lewat baret merah serta tambalan pedang menyala.

Los Zetas sangat terlatih soal taktik perang. Para anggotanya mahir mengoperasikan segala macam jenis senjata. Ditambah lagi dengan karakter yang keras, Los Zetas saat ini menjadi kartel paling ditakuti.

Polisi pun keder

Tidak hanya masyarakat sipil, polisi dan militer juga mesti waspada tinggi menghadapi Los Zetas yang mengusai kawasan Teluk Meksiko.

Pada awalnya mereka sebenarnya direkrut sebagai tentara bayaran pribadi untuk para petinggi kartel Teluk Meksiko (Del Golfo). Tentu saja, para pemimpin kartel Teluk kala itu melihat ada kemahiran atau kemampuan operasi para desertir.

Pada akhir tahun 1990-an, pemimpin kartel Teluk, Osiel Cárdenas Guillen, ingin melacak dan membunuh anggota kartel saingannya agar aman. Dia mulai merekrut mantan prajurit pasukan elite Grupo Aeromóvil de Fuerzas Especiales (GAFE) Meksiko.

Selama bergabung dengan GAFE, para desertir mendapat pelatihan khusus untuk melawan pemberontak dan melumpuhkan anggota dan pemimpin kartel. Ada dari mereka yang mengikuti sekolah militer di AS dan mendapatkan pendidikan khusus dari pelatih militer asal AS, Perancis, dan Israel.

Mereka terlatih bergerak dan menyebar cepat, taktis dalam bertindak, serta mahir soal serangan udara, penembakan jitu, intelijen, penyergapan, teknik kontra-penyelidikan, penyelamatan tahanan, dan piawai memakai komunikasi canggih.

Tokoh pertama yang direkrut sebagai pengawal pribadi oleh Osiel ialah Letnan Arturo Guzmán Decena. Arturo menerima gaji lebih besar. Kemudian dia mampu menarik 30 desertir GAFE lainnya karena tergiur gaji besar. Gaji mereka jauh lebih tinggi dari yang dibayarkan oleh pemerintah federal.

Setelah bos kartel Teluk, Osiel Cárdenas Guillen, ditangkap tentara pada 14 Maret 2003, para desertir tidak lagi sekadar menjadi pengawal. Mereka bergabung ke dalam kekuatan baru bersama para desertir untuk berperan lebih aktif di Teluk untuk perdagangan narkoba.

Pada 20 Januari 2007, Osiel diekstradisi ke Houston, Texas, AS, karena terlibat perdagangan kokain di wilayah itu. Pada 24 Februari 2010, ia dipenjarakan selama 25 tahun di Houston.

Ekspansi ke Italia

Kartel Teluk terguncang hingga terjadi perseteruan internal. Para desertir, atau orang-orang terlatih lainnya, berpisah menjadi kartel otonom, Los Zetas. Mereka menjadi musuh yang kuat bagi majikan dan mitranya di kartel Teluk. Los Zetas tidak saja menjadi penghancur bagi kartel lain di Meksiko, termasuk Teluk, tetapi juga bagi rakyat sipil dan negara.

Kartel ini kini dikendalikan oleh Heriberto Lazcano alias El Lazca dan oleh Drug Enforcement Administration (DEA) mereka dianggap sebagai kelompok paramiliter paling kejam di Meksiko. Los Zetas telah memperluas wilayah operasi hingga ke Italia dan berkolaborasi dengan mafia Ndrangheta di Calabria.

Nama Los Zetas dipilih untuk mengenang Arturo Guzmán Decena, yang dibunuh anggota kartel saingannya pada November 2002. Di lingkungan Kepolisian Federal Meksiko, Arturo memiliki sandi ”Z1”, sandi khusus bagi perwira hebat. Kepanjangan Z adalah Zetas (Spanyol).

Kini, geng Los Zetas semakin agresif mempertahankan dan mengendalikan koridor penyelundupan narkoba ke AS. Mereka kejam dan keji ketika akan mengeksekusi lawan-lawannya, bahkan terhadap rakyat sipil sekalipun. Presiden Meksiko Filipe Calderon memberi perhatian khusus kepada Los Zetas, mantan tentara pembela negara yang menjadi perusak

KRIMINAL MEKSIKO BUNUH MIGRAN

MEXICO-CITY (ANP) - Dinas keamanan Meksiko menahan tujuh orang karena diduga
terlibat pembunuhan 72 migran di negara bagian timur laut Tamaulipas.
Tujuh orang tersebut kabarnya anggota kelompok Los Zetas, jaringan kriminal
yang antara lain terlibat perdagangan narkoba. Akhir Agustus lalu, anggota Los
Zetas konon membawa migran asal Amerika Tengah dan Amerika Selatan ke sebuah
peternakan di dekat desa El Paso del Cantaro. Mereka ditutup mata dengan kain,
disuruh berdiri di depan tembok dan kemudian ditembak mati. Menurut seorang
korban selamat asal Ekuador, para korban menolak bekerja sebagai penyelundup
narkoba. Tamaulipas berbatasan dengan Amerika Serikat dan pasar peredaran
narkoba terpenting untuk obat bius dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Kelompok kriminal Meksiko makin sering menculik migran gelap. Migran ini
kemudian dipekerjakan sebagai kurir narkoba. Jika menolak, mereka dibunuh.
Presiden Meksiko Felipe Calderon kemarin mengumumkan telah meringkus seorang gembong kartel pengedar obat bius Sigifredo Najera alias El Canicon. Najera merupakan pemimpin Kartel Teluk, yang diklaim sebagai salah satu kartel terbesar dan terkejam di Meksiko. Najera diringkus di Coahuila, kota di sebelah utara Saltillo, yang dekat dengan Texas.

"Dia bertanggung jawab atas kekerasan bersenjata, penyiksaan, dan terbunuhnya sejumlah tentara," kata Presiden Calderon. Bukan cuma itu, Najera disebut-sebut bertanggung jawab atas serangan ke kantor Konsulat Amerika Serikat dan ke sebuah kantor jaringan televisi Televisa di Monterey. Ia juga disebut-sebut membantai enam polisi dan seorang intel.

"El Canicon terlibat dalam penyelundupan narkoba dan manusia, perampokan, pembajakan, pembunuhan, penculikan, serta pemerasan," kata Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Artuto Olivar. Sejak mengumumkan perang terhadap kartel-kartel narkoba, pemerintah telah mengerahkan 45 ribu aparat militer guna membantu polisi. Sejak itulah kekerasan melonjak.

Ditaksir total korban jiwa di Meksiko sejak 2006 mencapai lebih dari 7.000 jiwa. Amerika Serikat pun hendak turun tangan. Washington cemas kekerasan bersenjata itu akan meluber hingga ke wilayah perbatasan mereka di Texas. Bukan cuma itu, dari 50 kota, kini sudah 230 kota di Amerika Serikat yang menjadi tempat berteduh gembong-gembong narkoba Meksiko.

Itu sebabnya, Amerika Serikat meluncurkan sebuah rencana komprehensif guna membantu Meksiko memerangi sindikat obat bius di wilayah-wilayah perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko. Panglima Komando Pertahanan Udara Amerika Serikat di Utara Jenderal Gene Renuart pada Sabtu lalu menyampaikan rencana itu di hadapan sidang Kongres Amerika.

"Kami butuh pasukan tambahan," kata Jenderal Renuart kepada Komisi Pertahanan Senat Amerika Serikat. "Entah itu berasal dari Garda Nasional atau badan-badan penegak hukum." Amerika selama ini telah melatih militer Meksiko teknik zona perang kota sebagaimana di Irak dan Afganistan serta mengirimkan pesawat mata-mata tanpa awak ke wilayah perbatasan.

"Saya kira semua rencana komprehensif itu akan kami umumkan dalam pekan ini," kata Jenderal Renuart. Rencana itu melibatkan tim lintas departemen di bawah naungan Departemen Keamanan Nasional. Sejauh ini pemerintah Amerika telah mengupayakan segenap cara guna memerangi peredaran kokain di wilayahnya.

Washington, misalnya, telah melarang truk-truk asal Meksiko melintas di jalan-jalan di Amerika Serikat. Namun, upaya itu ditanggapi negatif Meksiko, yang mengatakan pelarangan itu merusak kesepakatan dagang kedua negara. Beberapa waktu lalu, Presiden Calderon juga berkeberatan militer Amerika Serikat beroperasi di wilayah Meksiko.

Selain menangkap Najera, pemerintah Meksiko berhasil menekuk Vicente "El Vicentillo" Zambada, anak gembong narkoba Sinaloan, yakni Ismail "El Mayo" Zambada, yang selama ini masuk daftar target operasi pemerintah Amerika Serikat. El Mayo disebut-sebut menggelar aksi brutal melawan aparat pemerintah di seantero Meksiko bersama Joaquin "Shorty" Guzman.

Guzman adalah kriminal paling dicari di Meksiko yang kini bersembunyi. Majalah Forbes baru-baru ini memasukkan Guzman dalam daftar orang terkaya di dunia dengan total harta senilai US$ 1 miliar (sekitar Rp 11 triliun). Kabar itu terang membuat Presiden Calderon geram dan melayangkan protes kepada majalah Forbes. AP | AFP | BBC | ANDREE PRIYANTO

PETA PERANG NARKOBA

Amerika Serikat melansir sebuah rencana komprehensif guna membantu Meksiko memerangi para pengedar obat bius, yang sepak terjangnya kini kian merajalela. Lebih dari 7.000 jiwa tewas sejak Januari tahun lalu manakala pemerintah Presiden Felipe Calderon menabuh genderang perang melawan kartel-kartel narkoba di negerinya.

Alhasil, kekerasan bersenjata meluap di Meksiko. Banyak pejabat pemerintah dan penegak hukum yang dibantai gembong-gembong sindikat pengedar narkoba. Tak sedikit pula pejabat dan aparat pemerintah yang diringkus karena membela para mafia kartel obat bius. Negeri tetangga terdekat, Amerika Serikat, pun cemas kekerasan bersenjata itu akan meluber ke sepanjang wilayah perbatasan Amerika Serikat-Meksiko. | AP | AFP | GRAPHICNEWS | DRE


AMERIKA SERIKAT
Kartel-kartel pengedar obat bius ditaksir hidup di 230 kota di Amerika Serikat. Jumlah itu bertambah mengingat pada 2006 mereka hidup di 50 kota saja.
Penyelundupan obat bius dari Amerika Selatan ke Amerika Serikat diperkirakan bernilai US$ 13 miliar (sekitar Rp 153 triliun) per tahun.
Amerika Serikat akan memberikan bantuan uang, militer di perbatasan, pelatihan taktik perang kota dan antipemberontakan sebagaimana di Irak dan Afganistan, serta pesawat mata-mata tanpa awak.
Panglima Komando Pertahanan Udara Amerika Utara Jenderal Gene Renuart ingin militer Amerika Serikat mengawal pintu-pintu perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko.
Total korban tewas akibat kekerasan bersenjata dalam Perang Narkoba terus bertambah sejak 2006 setelah Presiden Felipe Calderon mengirimkan 45 ribu personel pasukan melawan kartel-kartel narkoba.
Los Zetas:Pasukan bersenjata milik kartel-kartel Teluk dan merupakan salah satu sindikat narkoba paling ganas. Pasukan ini dipimpin serdadu-serdadu desertir Pasukan Khusus Meksiko.

WILAYAH KEKUASAAN KARTEL


Selasa, 27 April 2010

Perbedaan Pistol dan Revolver

coba anda amati artikel yang saya kutip dari sebuah majalah berita dibawah ini

Revolver, Pistol Pembunuh Polisi Purworejo

Polisi Jawa Tengah telah menemukan proyektil peluru yang digunakan untuk menembak dua anggotanya di Purworejo Minggu dini hari tadi. Mereka tidak menemukan selongsong peluru di lokasi kejadian sehingga menduga pelaku menggunakan pistol jenis Revolver. Brigadir Polisi Satu Eko Nugroho dan Brigadir Polisi Kepala Wagino ditembak ketika bertugas di Pos Polisi kentengrejo, Kepolisian Sektor Purwodadi, Kepolisian Resor Purworejo sekitar Pukul 02.30. Saat itu tidak ada petugas lain di pos tersebut.
Kepala Bidang Penerangan Umum, Divisi Hubungan Masyarakat, Mabes Polri, Komisaris Besar Zulkarnain, menjelaskan keduanya mengalami luka serius hingga meninggal di tempat. Eko tertembak di dada kiri yang menembus tengkuk bagian kanan. Sedang Wagino ditembak tiga kali, masing-masing, di lambung kanan menembus lambung kiri, bahu kiri, dan punggung. Akibatnya, kedua korban langsung meninggal di tempat. Meski sudah menemukan proyektil peluru, polisi belum mengetahui pelaku dan motif penembakan. Zulkarnain menjelaskan, selain polisi, pistol jenis revolver biasa dirakit

Kita tentu sering mendengar kata 'pistol' atau 'revolver'. Sayangnya, banyak diantara kita masih sering salah mengartikan pistol dan revolver sebagai sebuah kata yang mengandung arti sama. Bahkan, dibeberapa media cetak seperti koran, atau majalah masih sering ditemui kesalahan pengertian tersebut.

Kadangkala, atau revolver disebut sebagai pistol, pistol disebut sebagai FN, dll. Padahal keduanya merupakan jenis senjata genggam atau senjata laras pendek yang berbeda. Senjata genggam atau senjata laras pendek lazim disebut 'firearms' atau 'handgun' sampai saat ini dikategorikan menjadi 2 jenis; yakni:

  1. Pistol
  2. Revolver

Membedakannya mudah saja. Pistol menggunakan magazine (penyimpan peluru dengan sistim pegas yang mendorong peluru naik ke ruang picu (chamber)). Sedangkan Revolver menggunakan penyimpan peluru dengan sistim putar (revolve) yang memutar peluru ke ruang picu (chamber). Secara fisik, pistol terlihat lebih ramping, karena ruang penyimpan peluru biasanya ada di handgrip (pegangan) sedangkan revolver menyimpan peluru di bagian belakang laras.

Sejarah

Revolver

Spesimen pertama dari revolver (dengan cara kerja yang sama dengan revolver yang ada saat ini) tercatat dibuat tahun 1680 di Inggris. Revolver ini bernama Snaphaunce Revolver. Senjata khusus yang dirancang dan dibuat untuk John Dafte.

Elisha Collier, mempatentkan rancangan Flinslock Revolver di Inggris, pada tahun 1818. Pada saat yang hampir bersamaan, rancangan yang nyaris sama dipatentkan oleh Artemus Wheeler di Amerika dan Cornelius Coolidge di Perancis. Siapa yang pertama, masih tidak terjawab sampai saat ini.

Samuel Colt, pada tahun 1830 (saat itu ia berusia 16 tahun) mulai merancang sebuah konsep senjata baru dengan sistim putar (revolve). Ia memperoleh patent untuk Revolving Gun di Inggris pada tahun 1835 dan di Amerika pada tahun 1836. Pada tahun tersebut, Ia juga mulai memproduksi revolving gun tersebut secara massal.

Pada tahun 1839, 1848 dan 1850, Samuel Colt terus mendaftarkan dan memperoleh patent atas konsep revolving gun-nya yang saat ini dikenal sebagai revolver. Dengan kepiawaiannya tersebut, banyak orang menyandangkan predikat penemu revolver terhadap Samuel Colt.

Pistol, diyakini dirancang oleh Samuel Colt dan John Browning yang merancang pistol legendaris Colt 1911 pada tahun 1887. Rancangan senjata dengan sistim magazine tersebut awalnya didisain untuk tentara Amerika yang merasa kewalahan menggunakan revolver kaliber .38 dalam melawan perlawanan suku Moro di Philipines.

Dengan desain baru dan peluru berdiameter lebih besar (cal. 45), Pistol yang diambil dari bahasa Perancis 'pistolet' dirancang untuk memberikan daya hantam (stopping power) lebih besar ketimbang revolver caliber .38 yang saat itu digunakan oleh tentara Amerika.

Pada tahun 1906, desain-desain pistol yang dirancang oleh pembuat senjata Colt, Browning, Luger, Savage, Knoble, Bergmann, White-Merrill and Smith & Wesson, mulai diuji-cobakan di kemiliteran Amerika.Salah satu rancangan, yakni milik Samuel Colt saat itu menjadi produk terbaik pada ujicoba yang dijalankan pada tanggal 3 Maret 1911. Model tersebut kemudian populer dengan nama Colt 1911 (ninetenth-eleven)

Pada ujicoba tersebut, pistol desain Colt tersebut lulus menembakkan 6000 peluru dengan penembakan terus-menerus per-100 butir peluru, dengan masa istirahat 5 menit, dan pembersihan pistol setiap 1000 peluru.

Setelah, lulus ujicoba tersebut. Pistol tersebut diproduksi secara masal, dan diberi kode/seri Colt Model 1911-A1 (atau M1911-A1). Sejak saat itu, desain pistol tidak (atau belum) pernah berubah hingga kini. Colt 1911 tersebut, sering dijuluki "A Mother of All Pistol"

Jadi?

Jadi, kalau Anda melihat tulisan, e.q: " pelaku menggunakan pistol jenis Revolver. itu salah kaprah. Sebagian besar kita, orang Indonesia sering membahasakan 'pistol' untuk semua jenis senjata genggam, dan tentu saja revolver bukanlah salah satu jenis pistol. pistol & Revolver keduanya merupakan jenis senjata genggam atau senjata laras pendek yang berbeda

Bila mengcopy, mohon sertakan Link ke artikel ini:

http://kusnadiyono.blogspot.com/2010/04/perbedaan-pistol-dan-revolver.html

Senin, 29 Maret 2010

Demonstransi dan Kerbau

Demonstrasi 28 Januari 2010 silam terbilang cukup ‘istimewa’. Kehadiran kerbau SiBuYa dalam demonstrasi 100 hari kerja pemerintah SBY menjadi polemik. Demonstran yang membawa kerbau dengan tujuan menyindir SBY yang selama ini terkenal lamban menuai aksi curhat dari pak Presiden. Curhat kesekian kali SBY ini disampaikan pada sambutan pertemuan menteri dan gubernur se-Indonesia di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.

“Di sana ada yang teriak-teriak SBY maling, Boediono maling, menteri-menteri maling. Ada juga demo yang bawa kerbau. Ada gambar SBY. Dibilang, SBY malas, badannya besar kayak kerbau. Apakah itu unjuk rasa? Itu nanti kita bahas,” – Presiden SBY –

Ada beberapa hal yang saya setuju dengan apa yang disampaikan presiden SBY sebagai tanggapan aksi demonstrasi 28 Januari 2010.Unjuk rasa merupakan hak warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Unjuk rasa semestinya menjadi wahana partisipasi dan kreativitas setiap warga negara dalam membangun kehidupan negara yang berdemokrasi. Sebagai wahana terakhir masyrakat untuk memberi masukan kepada pemerintah, selain melalui ajang rapat umum, diskusi atau pawai.

Kebebasan dalam unjuk rasa ini hendaknya bertanggungjawab, menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain, dilaksanakan secara damai dengan tetap menjaga keutuhan bangsa. Dan dalam hal ini, pemerintah atau objek yang menjadi sasaran demonstrasi hendaknya merespons setiap unjuk rasa dengan bijak dan merakyat. Tanpa kritik, maka akan memberi ruang bagi pemerintah menjadi otoriterian.

Disini, demonstran yang meneriakin seorang pejabat negara dengan kata maling tanpa ada bukti yang jelas, tentu merupakan unjuk rasa yang tidak bertanggungjawab. Demonstran tersebut telah melangkah terlalu jauh menvonis seseorang. Ini adalah perilaku main hakim sendiri. Lebih jauh, tuduhan maling tanpa bukti merupakan fitnah. Dan tentunya, demonstrasi seperti ini jauh dari etika kepantasan dan kesantunan, terlebih dalam kultur timur, dengan ideologi Pancasila sebagai falsafah hidup negara.

Aksi demonstrasi yang tidak bertanggungjawab ini sesungguhnya dapat menurunkan nilai positif dari kemerdekaan atau kebebasan berpendapat. Perilaku demonstrasi menjadi pelik tatkala pemerintah hampir tidak pernah mendengar aspirasi para demonstran yang berdemo dengan santun. Hal-hal substansial dalam demo yang santun kurang ditangkapi. Dan parahnya media massa seperti TV justru menayangkan aksi dorong-mendorong antara polisi dan demonstran, bukan isi orasi dari demonstran.

Lebih jauh daripada itu, pesan-pesan demonstran seperti reformasi birokrasi, penangangan pasar bebas ASEAN-China, pembentukan UU pembuktian terbalik, pembangunan infrastruktur tepat berjalan mandeg bahkan tidak masuk dalam prioritas program. Sebagian demonstran pada hakikatnya ingin mempertanyakan janji-janji yang disampaikan capres SBY-Boediono kepada rakyat Indonesia. Janji bahwa pro-rakyat, mengatur anggaran negara untuk kepentingan rakyat dan efisiensi hanyalah janji-janji angin surga.

Bukannya menghemat anggaran untuk dialihkan kepada program lebih urgen, pemerintah justru mengadakan mobil dinas mewah, renovasi rumah anggota DPR RI Rp 700 juta (total Rp 392 miliar), pengadaan laptop super mewah anggota dewan Rp 16 juta per unit (total Rp 9 miliar), hingga pembuatan pagar istana super mahal seharga Rp22 miliar dan rencana pembelian pesawat Boeing VIP seharga Rp 700 miliar. Belum lagi keinginannya untuk menaikkan gaji para pejabat negara.

Dari sinilah, mestinya presiden SBY menanggapi hal substansi asprirasi demonstran, baru menanggapi demonstran yang tidak sopan dalam satu paket. Bila presiden hanya begitu serius menanggapi kebo “SiBuYa” yang secara eksplisit menyinggung bapak presiden, maka publik akan bertanya mengapa pak Presiden tidak menegur/sanksi kepada sikap/perbuatan Ruhut Sitompul?

Akhir kata, saya tidak ingin jika kepala negara kita, para pejabat kita yang tidak terbukti secara hukum melakukan tindakan pidana, dihina-hina atau divonis sebagai seorang kriminal. Penghinaan atau penyebutan maling kepada pejabat negara tanpa bukti merupakan ucapan yang sama sekali tidak layak, tidak pantas dan jauh dari etika. Begitu juga demonstrasi tanpa tujuan, yang hanya melakukan aksi karena dibayar merupakan aksi yang menjijikan. Kita berharap, para demonstran benar-benar memperjuangankan aspirasinya secara murni demi sebuah kebenaran. Sementara, kita berharap pemerintah mau mendengar aspirasi rakyat melalui sarana demonstrasi, sebuah alat bagi rakyat untuk berbicara kepada ’sang raja’ demi perbaikan dan kemajuan bangsa.

Jumat, 05 Maret 2010

Liputan Khusus: Kasus Pembunuhan Mahasiswi UIN Jogja

Kasus pembunuhan terhadap Ana Rumaida, mahasiswa Fakultas Adab Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, di Kost Gedung Putih No 5, Sapen GK I/437 RT-25/RW-08 Gondokusuman, Yogyakarta. Korban ditemukan dalam keadaan terikat tangan dan kakinya dengan mulut yang tersumpal kain serta celana dalam korban yang sudah terlepas.
Pelaku tunggal kasus pembunuhan tersebut, Agus Setiawan alias Ferdi yang diketahui telah memiliki anak istri ini merupakan kekasih korban.
Ferdi diciduk Polisi 3 hari setelah kejadian, yakni Jumat (26/3). Pelaku diamankan aparat di rumah kontrakannya di Cibangkong, Batu Nunggal, Bandung, Jawa Barat dan langsung dibawa ke Poltabes Yogyakarta.
Kasus ini bermotifkan asmara. Antara Ferdi dan Ana, selama 3 bulan terakhir terjalin hubungan cinta. "Dari pengakuan tersangka, mereka ini sudah menjalin hubungan yakni pacaran selama 3 bulan. Pada waktu itu korban ingin mengakhiri hubungan, namun tersangka tidak menghendakinya,"
Terungkap pelaku datang ke kos korban dengan berjalan kaki. Memasuki kamar kos korban, sementara korban menuju kamar mandi. Keduanya lantas berbincang dikasur. Meskipun sempat bertengkar, namun segera akur dan mesra kembali.
Nafsu tersangka memuncak kemudian memasukkan jari tengahnya ke kemaluan korban, korban meronta dan mulai berteriak. Saat itulah pelaku memulai aksi nekatnya. Yakni dengan membungkam mulut korban dengan tangan dan kain, serta mencekik leher korban. Tak hanya itu, kedua tangan korban yang masih terus meronta nekat diikat oleh pelaku dengan menggunakan tali tas. Sementara kedua kaki diikat dengan menggunakan kain bewarna Putih. Untuk menahan korban, pelaku juga membalikkan hingga tubuh korban dalam posisi tengkurap diatas kasur.
Usai membalikkan tubuh korban, tersangka Agus lantas mengambil kunci sepeda motor milik korban yang ada didalam tas. Tak hanya itu, Agus juga mengambil STNK serta sejumlah uang dari dompet, serta notebook dan ponsel dari tas korban. Dalam reka ulang tersebut digambarkan pelaku membawa notebook dengan cara dimasukkan kedalam celana. Usai melakukan semua aksi kejinya, Agus meninggalkan TKP dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra milik korban. Kejadian ini tergambar dalam proses rekonstruksi yg terbagi dalam 18 adegan berikut ini:

Adegan 1

Tersangka Agus Setiawan tiba di depan garasi kos korban, Ana Rumaida dengan jalan kaki. Saat itu juga tersangka menelpon korban.

Adegan 2
Saat tersangka memasuki garasi kos dan tiba di halaman dalam kos, korban sedang berada di depan kamar dan hendak ke kamar mandi. Korban mengenakan pakaian daster warna putih. Saat korban berada di kamar mandi itulah, tersangka masuk ke kamar korban yang tidak dikunci. Dua orang saksi, yakni teman kos korban yang berada tak jauh dari kamarnya, sempat melihat tersangka masuk kamar korban.

Adegan 3
Ketika masuk ke dalam kamar korban, tersangka langsung tidur-tiduran.

Adegan 4
Korban masuk kamar setelah dari kamar mandi. Korban masih mengenakan pakaian daster warna putih.

Adegan 5
Tersangka dan korban duduk bersama di atas kasur sambil melakukan pembicaraan ringan.

Adegan 6
Setelah sekian lama ngobrol, terjadi cek-cok antara keduanya yang menyangkut hubungan korban dengan tersangka. Namun, langsung berbaikan kembali dan keduanya melakukan ciuman.

Adegan 7
Nafsu tersangka memuncak kemudian memasukkan jari tengahnya ke kemaluan korban. Saat itulah korban menjerit.

Adegan 8
Tersangka mencekik leher korban dengan tangan kiri, yang pada saat itu sedang menjerit supaya korban terdiam.

Adegan 9
Tersangka menyumpal mulut korban dengan kain menggunakan tangan kanan.

Adegan 10
Tersangka membalikkan tubuh korban yang semula terbaring menjadi tertelungkup. Kemudian tersangka mengambil tali tas warna hitam yang ada di sekitar TKP.

Adegan 11
Tersangka mengikat tangan korban ke belakang. Kemudian mengambil kaos yang tergantung di kamar korban.

Adegan 12
Tersangka mengikat dua kaki dengan kain yang ada di TKP.

Adegan 13
Tersangka mengambil kunci motor yang tergeletak di lantai kamar korban.

Adegan 14
Tersangka mengambil STNK dan uang korban yang ada di dalam dompet korban kemudian memasukkannya ke dompet tersangka.

Adegan 15
Tersangka mengambil laptop yang berada di atas lantai.

Adegan 16
Tersangka mengambil handphone korban yang kemudian dimasukkan ke dalam jaketnya.

Adegan 17
Tersangka menutup pintu kamar korban kemudian meninggalkannya.

Adegan 18
Tersangka mengambil sepeda motor korban yang berada di dalam garasi kemudian menuntunnya keluar. Saat sudah berada di luar garasi, tersangka menghidupkan motor korban lalu pergi.

Ferdi, bakal dijerat dengan pasal berlapis. Polisi bakal mengenakan pasal 339, 365 dan 289 KUHP kepada tersangka dengan ancaman hukuman kurungan penjara seumur hidup. Hal ini ditegaskan Kapolsek Gondokusuman, AKP Dodo Hendro Kusumo "Kita akan mengenakan tiga pasal tersebut. Karena tadi jelas ada pencekikan atau kekerasan, pencabulan serta perampasan. Apalagi menyebabkan korban kehilangan nyawa. Ancaman hukumannya seumur hidup," ungkapnya.

Note: siapakah sosok ferdi "sang eksekutor" ini, bagaimana kisah cinta (perselingkuhan) ferdi yg telah berkeluarga dg sang mahasiswi. nantikan info selanjutnya ... sabar ya friend....
Sumber : fajar jogja online