Kamis, 25 November 2010

Pulang dari Pengungsian Beras, Habis Warga Makan Bekatul

Kondisi sulit yang menimpa warga lereng Merapi membuat mereka tak keberatan makan apa saja, termasuk bekatul. Hal ini dialami warga Dusun Gondang, Desa Paten, Kecamatan Dukun seusai mereka pulang dari lokasi pengungsian.

Menurut Teguh Dwi Riyadi (33), tokoh pemuda Dusun Gondang, bekatul merupakan ampas penggilingan padi. Bahan ini biasanya digunakan untuk campuran pakan ternak. Namun dengan pengolahan tertentu, bekatul ini bisa menjadi sumber makanan warga untuk menggantikan beras.

Dijelaskan, warga Gondang sudah tidak memiliki persediaan beras lagi. Hal ini karena lahan pertanian milik warga rusak total setelah tertimbun material vulkanik Merapi. Baik padi maupun sayuran semua hangus dan tak bisa dipanen.

“Lumayan Mas untuk mengganjal perut yang lapar. Sebenarnya kalau mau enak tinggal di pengungsian saja karena apa-apa sudah dicukupi. Namun kami juga harus memikirkan masa depan kami. Kami harus mulai menggarap sawah lagi,” kata dia saat menerima bantuan logistik dari relawan PKS Jateng.

Warga dibantu satu mobil bantuan berisi beras, susu, makanan bayi dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya. Di dusun ini setidaknya ada 450 KK dengan 1.473 jiwa di mana mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. “Sekarang semua hasil pertanian sudah rusak. Paling cepat butuh tiga bulan untuk bisa mengembalikan kondisi lahan seperti dulu. Makanya kami mulai dari sekarang,” kata Teguh.

Humas relawan PKS Jateng, Agung Setia Bakti mengatakan, pihaknya langsung turun ke lapangan ketika mendengar laporan ancaman kelaparan penduduk yang telah pulang kampung. “Penduduk yang pulang ke rumahnya harus juga segera dipikirkan penangananya. Jangan sampai bencana Merapi berlanjut menjadi bencana ekonomi,” terang Agung.


Pemkab Bantah Ada Warga Makan Bekatul

Pemkab Magelang melakukan investigasi terhadap informasi warga Dusun Gondang, Desa Paten, Kecamatan Dukun, yang makan bekatul (SM CyberNews, 24/11), mulai dari masyarakat sampai aparat kecamatan.

Dalam siaran persnya hari ini, Kabag Humprot Drs Djanu Trepsilo MM mengemukakan, Gondang termasuk rawan bencana Merapi. Tetapi Teguh Dwi Riyadi, warga Gondang menolak mengungsi dengan alasan keamanan harta benda rumah mertuanya, Sutar, imam masjid Gondang. “Saat Merapi erupsi, mertuanya mengungsi ke Magersari, Magelang. Sedangkan Teguh tetap kerja sebagai penyiar Radio Pop FM Jogja, sehingga tak mungkin tiap hari dia makan bekatul,” simpulnya.

Dari keterangan Kades Paten Bambang Suherman, sedikitnya empat warga yang menolak mengungsi dengan alasan menjaga keamanan dusun.

Terkait dengan bekatul, kebanyakan masyarakat desa itu memang memiliki stok bekatul yang cukup banyak untuk pakan sapi dan ayam. Selama Merapi erupsi, memang ada beberapa warga, terutama pemuda yang pulang, untuk mengurus ternak serta lahan pertanian. “Berusaha menyelamatkan sisa-sisa panenan yang terkena abu vulkanik,” ujarnya.

Mereka pulang untuk itu, atas izin aparat atau pengelola TPS/TPA (Tempat Pengungsian Sementara/Tempat pengungsian Akhir) dengan membawa bekal dari tempat pengungsian serta pulang lagi ke pengungsian pada tengah hari. Sehingga tidak mungkin mereka makan bekatul. “Tidak benar ada pengungsi dari Paten makan bekatul, karena semua ditangani dengan baik oleh pengelola TPS/TPA di 14 titik, di Kecamatan Mungkid, Borobudur dan Mertoyudan,” tandas Camat Dukun, Ali Setyadi BA.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/11/24/71397/Pulang-dari-Pengungsian-Warga-Makan-Bekatul

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/11/25/71435/Pemkab-Bantah-Ada-Warga-Makan-Bekatul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar