Rabu, 10 Februari 2010

Wakil Rakyatku : Nggak Ngerti Nasib Rakyatnya

di suatu tayangan siaran TV yg membahas rencana pembelian pesawat buat pak presiden, seorang wakil rakyat memberikan satu argumen : "kalau saya ke mall orang selalu ramai antri di kasir, lihat di bandara, setiap akhir pekan selalu padat, bahkan banyak yg nggak dapat tiket. semua ini menunjukkan bahwa ekonomi berkembang dan rakyat makin sejahtera" Realita yang digambarkan bapak wakil rakyat kita itu mungkin benar dalam pandangan beliau, tapi kalau kita mau berfikir lebih jauh rasanya koq nggak pantas diucapkan.
belanja di supermarket bagi orang kaya seperti beliau memanglah wajar, karena memang mungkin hitungannya lebih murah, higienis dan yg jelas lebih bergengsi. Namun sadarkah bahwa supermarket yg dia banggakan itu besar karena menggilas para pedagang kecil. Pasar tradisional lambat laun menghilang. Keberadaannya digantikan aneka hipermarket modern seperti Carrefour atau Hypermart. Kehadiran mereka telah mematikan sektor informal yang menjadi tumpuan hidup jutaan rakyat.
Akan lebih indah kalau para wakil rakyat mau belanja di pasar tradisional. kehadiran mereka tak hanya akan menghidupi rakyat kecil namun juga akan mampu mengasah kepekaan mereka. di pasar mereka akan bertemu dengan para kuli panggul dan manusia kelas bawah lainnya, yang nasibnya mungkin tak pernah tergambar dalam angan mereka.
Naik pesawat terbang ketika bepergian telah menjadi standart metode bepergian bagi para anggota DPR, namun saya yakin tak ada salahnya bila sekali waktu para anggota dewan yg terhormat menyempatkan diri menikmati hangatnya kereta ekonomi, ataupun KRL yang telah menjadi moda transportasi andalan bagi warga ibukota. ataupun naik metromini, supaya bisa menyaksikan anak2 kecil yg bergelantungan di pintu bus sambil berteriak "Cilandak, Blok M, Cilandak, Blok M" atau "Sudirman, Salemba, Kampung Melayu". sambil tangan kecilnya yang menggenggam recehan mengetuk-ngetuk kaca bus setiap ada penumpang yang mau turun.
bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar