Yogyakarta–Lima penjual minuman keras oplosan jenis lapen ditahan pihak Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Yogyakarta, terkait tewasnya 16 orang setelah menenggak minuman beralkohol itu.
“Saat ini ada lima penjual lapen yang kami tahan, tiga di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Agung Budiantoro (39) warga Jalan Sisingamaraja Yogyakarta, Gunawan Rejo (49) warga Sendowo, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, serta Mugiman (54) warga Gedongtengen, Yogyakarta,” kata Kasat Reskrim Poltabes Yogyakarta Kompol Saiful Anwar, Minggu (14/2).
Sedangkan dua penjual minuman keras oplosan lainnya, yakni Sudiyono (49) dan Sakti Darminto (52), menurut dia belum ditetapkan sebagai tersangka. Namun, polisi terus mendalami penyidikan terhadap keduanya.
“Kami masih mengintensifkan pemeriksaan terhadap dua penjual lapen ini, serta mencocokkannya dengan laporan kejadian terutama yang mengakibatkan korban tewas,” katanya.
Salah seorang penjual minuman keras oplosan yang kini ditahan di Mapoltabes Yogyakarta, Sudiyono (54) mengatakan dirinya yakin bahwa racikan lapen yang dibuatnya bukan penyebab kematian mereka, karena tidak ada bahan campuran yang berbahaya.
“Jika ada yang mati setelah minum lapen, mungkin saja mereka mencampur sendiri dengan bahan tertentu, dan itu berarti campurannya bukan dari kami,” katanya.
Menurut dia, campuran dengan bahan yang diduga berbahaya itu yang kemungkinan menyebabkan mereka meninggal.
Sudiyono mengatakan dirinya dalam meramu minuman keras oplosan menggunakan alkohol dengan kadar 95,8 persen yang dicampur air mineral, gula pasir, zat perasa serta sedikit pemanis.
“Perbandingannya 1,5 liter hingga dua liter alkohol 98,5 persen dicampur dengan 15 liter air mineral, satu kilogram gula pasir dan pemanis serta penguat rasa,” katanya.
Selanjutnya oplosan yang dilakukan di tempat khusus itu ditutup rapat dan didiamkan selama 12 jam. Setelah itu, oplosan lapen ini siap dikonsumsi.
“Saya sudah puluhan tahun meramu serta menjual lapen, dan baru sekarang ada masalah. Saya yakin oplosan saya aman,” katanya.
Sedangkan Mugiman mengatakan dirinya juga yakin oplosan lapen bikinannya aman, karena hanya menggunakan campuran alkohol dengan kadar 80 persen.
“Alkohol yang saya gunakan lebih rendah kadarnya dari pengoplos lainnya. Saya beli alkohol di daerah Solo (Jawa Tengah),” katanya.
YOGYAKARTA(SI) – Penyebab tewasnya belasan orang penenggak lapen mulai terkuak.Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BB POM) Yogyakarta menduga korban tewas karena unsur metanol di dalam alkohol lapen.
Dugaan sementara ini merujuk sejumlah literatur di mana lapen dibuat dengan cara mencampur alkohol berkadar di atas 70% dengan air,bahan perasa,dan pewarna makanan. Kasi Pelayanan Konsumen dan Informasi BB POM Yogyakarta Diah Tjahtojonowati mengatakan, metanol banyak terkandung di dalam alkohol berkadar lebih dari 70%.Alkohol dengan kadar tinggi tersebut sebenarnya dibuat bukan untuk kebutuhan konsumsi manusia.“ Biasanya hanya dipergunakan untuk desinfektan seperti membersihkan luka atau mencuci peralatan medis,”papar Diah kemarin.
Metanol lebih banyak dipergunakan untuk membuat peralatan kosmetik seperti hair spray. Sementara konsumsi metanol dalam jumlah besar akan sangat memengaruhi kinerja organ tubuh.“Kalau yang paling sering sakit adalah mata,maka bisa saja menyebabkan kebutaan. Bila dalam jumlah banyak dan mengendap di dalam tubuh bisa jadi akan menyebabkan keracunan. Gejala orang keracunan metanol ini biasanya keluhan di penglihatan, perut melilit, dan lemas,”tuturnya lebih lanjut. Diah belum berani menyimpulkan secara pasti apakah benar dugaan yang merujuk literatur tersebut.
Hingga kemarin proses pengujian terhadap sampel lapen yang diterima dari polisi belum selesai diperiksa BB POM. Hasil laboratorium diperkirakan akan diketahui pada Selasa (16/2). Nantinya, BB POM akan mengetahui pasti kandungan kimia dari lapen yang menewaskan banyak orang ini. Poltabes Yogyakarta masih menjanjikan untuk mengirim sampel lapenlainnya. sampelyangsaatinidiuji dikirimkan secara bertahap selama dua hari. ”Satu paket pada Rabu (10/2) sebanyak dua plastik,dan Kamis (11/2) kembali dikirimkan satu dus. Jumlahnya cukup banyak dan sejumlahsampeljamuserbuk.Tetapi katanya masih mau tambah lagi.” Sementara itu,pemberitaan tewasnya sejumlah penenggak lapen belum membuat para penikmatnya berhenti mengonsumsi.
Kemarin, Polsek Gondokusuman dan Poltabes Yogyakarta mencatat jasad dua orang yang diduga tewas karena habis pesta lapen. Dua korban tersebut ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar kos di daerah Gendeng,Baciro Yogyakarta. Mereka adalah Andrianto, 20, yang tercatat sebagai mahasiswa asal Kepulauan Riau; dan Joko, 20, warga Sanggrahan, Kali Tebu, Klaten.Jasad keduanya saat ini berada di ruang forensik RS dr Sardjito Yogyakarta menunggu divisum.
”Informasi dari sejumlah saksi yang sempat kami minta keterangan, masih ada satu lagi korban bernama Sidik, 20,warga Sanggrahan Kali Tebu atau tetangga dari Joko, tetapi dia meninggal di Klaten,”beber Wakasat Reskrim Poltabes Yogyakarta AKP Sudarsono kemarin. Menurut informasi dari Arif, pemilik kamar kos yang dijadikan ajang pesta lapen oleh ketiga korban, lapen dibeli pada Selasa (9/2) malam.Ketiganya mulai mengeluh sakit sejak Rabu (19/2) dan akhirnya ditemukan tewas pada Jumat pagi.
Lapen dibeli dari tempat penjualan milik tersangka Gunawan R yang ditengarai masih tetap buka meski yang bersangkutan sudah ditahan Poltabes Yogyakarta. Di tempat kejadian perkara, polisi menemukan barang bukti sejumlah plastik bekas pembungkus lapen,beberapa botol bekas,dan sebuah termos yang diduga digunakan untuk menampung lapen sebelum diminum korban.
Dengan temuan korban terakhir ini,jumlah korban tewas di Kota Yogyakarta sejak sepekan lalu mencapai 12 orang. Sementara data Poltabes Yogyakarta mencatat,jumlah total korban sudah mencapai 14 orang.Metanol akan merusak mitokondria, yakni bagian sel yang berfungsi memproduksi kalori atau tenaga. Sehingga jika mitokondria rusak, dengan sendirinya tubuh sama sekali tak bisa memproduksi kalori, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian. Hal ini diungkapkan dokter spesialis mata RSUP Dr Sardjito Prof dr Suhardjo, yang juga menangani pasien buta akibat lapen di RS tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut, metanol yang ada dalam ramuan minuman keras oplosan dosisnya sangat tinggi. Padahal, metanol ini jika dikonsumsi akan menyerang seluruh bagian tubuh, termasuk syaraf mata dan otak. "Kalau syarafnya sudah terkena racun, ini akan sangat berbahaya karena keasamannya jadi meningkat. Bisa dibayangkan, ibaratnya sel-sel tubuh jika terkena asam sulfat akan menjadi rusak. Nah, metanol ini kalau sudah didalam tubuh akan menjadi asam," jelasnya ketika ditemui di RS Sardjito.
Suhardjo juga memastikan, setiap pengguna minuman maut ini dipastikan mengalami gangguan penglihatan. Ada yang langsung mengalami kebutaan dalam sekali minum, ada pula yang efeknya baru terasa setelah satu hingga dua bulan mengkonsumsi. Semua tergantung besar kecilnya dosis metanol yang dikonsumsi. Para korban lapen yang meninggal, kata dia, dipastikan mengalami kebutaan terlebih dahulu sebelum meninggal. Karena metanol ini akan sangat cepat menyerang saraf mata.
Sejak 15 tahun terakhir, Suhardjo mengaku sudah menangani banyak korban miras oplosan, termasuk diantaranya jenis lapen. Meski tak bisa menyebutkan angkanya secara rinci, dipastikan setiap tiga bulan ada saja korban miras oplosan. Bahkan, sekitar setahun lalu ia mengaku pernah menangani turis asing dari Australia korban lapen, yang kini mengalami gangguan penglihatan dan penglihatannya hanya tinggal berfungsi 10 persen saja.
Dikatakan, untuk menangani metanol yang masuk ke dalam tubuh harus dilakukan dengan infus etanol. Namun hasilnya pun tak selalu maksimal. Sehingga meski sudah diberi infus etanol, kondisi korban belum tentu bisa kembali seperti sedia kala.
Dengan banyaknya korban lapen dalam beberapa hari ini, Suhardjo mengingatkan kepada masyarakat untuk waspada terhadap produk miras oplosan. Sebab, produk ini dibuat oleh home industry yang tak bisa dipertanggungjawabkan keamanannya. "Produsen miras oplosan setingkat home industry tak akan lakukan quality kontrol terhadap produknya, apalagi menyangkut masalah dosis dan campurannya. Sehingga produk ini tak bisa dipertanggungjawabkan. Berbeda dengan produk pabrik yang pasti akan memperhatikan hal ini," imbuhnya.
Dijelaskan pula, dalam pembuatannya, para produsen setingkat home industry seringkali gagal dalam pross pencampurannya. Metanol yang dicampurkan dengan kandungan lain itu mngalami proses pencampuran yang tak sempurna, sehingga makin memperparah ramuan.
Ketua Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) DIJ ini juga mengungkapkan, sejak tiga tahun terakhir Perdami melakukan penelitian terhadap para korban miras oplosan. Korban diklasifikasikan pada masing-masing efek yang dideritanya. Misalnya berapa yang mengalami kebutaan dari tingkat ringan hingga kebutaan permanen, hingga berapa korban yang meninggal. Namun hasil penelitian tersebut belum bisa disimpulkan, karena hingga saat ini penelitian terhadap korban miras oplosan masih berjalan.
belum diedit
thanks gan
BalasHapus