Selasa, 10 November 2009

Mengapa Masih Ada Gempa ?

Menurut para ilmuwan,lapisan-lapisan yang ada di Bumi, terdiri dari kerak atau kulit, lalu mantel, dan inti. Kerak bumi yang berwujud lempeng-lempeng ini rupanya telah bergerak ke sana-sini di permukaan Bumi setidaknya sejak 600 juta tahun terakhir—dan bisa jadi sejak beberapa miliar tahun sebelumnya (New York Public Library Science Desk Ref, 1995). sekarang ini, setiap lempeng bergerak dengan kecepatan berbeda-beda, di antaranya ada yang dengan kecepatan 2,5 sentimeter per tahun.
Para ilmuwan yakin, pada masa lalu, sekitar 250 juta tahun silam, ada benua besar atau superkontinen yang dinamai Pangaea (Nama Pangaea diusulkan oleh geolog besar Alfred Wegener tahun 1915). Sekitar 180 juta tahun lalu, superkontinen ini pecah, menjadi Gondwanaland, atau Gondwana, dan Laurasia. Gondwana adalah kontinen hipotetis yang dibentuk dari bersatunya Amerika Selatan, Afrika, Australia, India, dan Antartika. Sementara Laurasia tersusun dari Amerika Utara dan Eurasia. Sekitar 65 juta tahun silam—masa sekitar punahnya dinosaurus—kedua kontinen itu mulai berpisah, perlahan-lahan membentuk tatanan seperti yang kita lihat sekarang ini.
Ada prediksi menarik: dalam 50 juta tahun dari sekarang, pantai barat Amerika Utara akan robek dari daratan utama (mainland), dan—ini dia—Australia akan bergerak ke utara dan bertubrukan dengan Indonesia. Sementara Afrika dan Asia akan terpisah di Laut Merah.
Potensi gempa dari lempeng samudra masih menjadi kajian para ahli sepanjang zaman. Kajian itu di antaranya di Indonesia yang selama ini meneliti pergeseran lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Penunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia selama ini terus terjadi sampai sekarang. Jika batuan pada lempeng Eurasia kuat menahan, terkumpul energi besar. Apabila suatu saat tak kuat menahan, energi tersebut lepas dan menjadi sumber kekuatan gempa, Penunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia, terjadi pergeseran rata-rata tujuh sentimeter setiap tahun. Sehingga samudra Hindia termasuk laut selatan Jawa merupakan kawasan rawan tsunami.
Semua kawasan di sepanjang pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Jawa sampai pantai selatan Nusa Tenggara berpotensi terjadi gempa karena terletak di tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. masing-masing lokasi di kawasan itu memiliki zona gempa sendiri-sendiri yang tidak saling terkait antara zona satu dan zona lainnya. Gempa itu bisa saja memicu gempa susulan di sekitarnya, tetapi masih tetap di zona yang sama,"BMKG, tidak bisa memprediksi waktu dan besaran gempa yang terjadi. BMKG hanya mengumumkan potensi gempa besar dan gempa kecil di Indonesia. Potensi gempa besar di Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, Utara Pulau Papua dan Utara Gorontalo. Sedangkan gempa kecil di Pulau Sumatera, Sukabumi, Yogyakarta, dan Sulawesi

Tulisan ini akan terus diupdate.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar