Lokasi gempa Tasikmalaya, menurut Direktur Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Yusuf Surachman, lebih dekat dengan daratan atau pantai, yaitu di fault arc basin (busur patahan di dasar laut). Gempa ini berhubungan dengan subduksi lempeng Australia terhadap Eurasia, yang merupakan patahan naik (normal trust fault).
Dua kemungkinan
Dengan munculnya gempa Tasikmalaya, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, gempa tersebut mengusik mekanisme kegempaan di Selat Sunda hingga akan mengakibatkan gempa dahsyat berskala sekitar 8 SR. Kemungkinan lain adalah gempa tersebut justru mengurangi akumulasi energi yang terkumpul selama 101 tahun di ujung tenggara Pulau Sumatera, dari tahun 1908-2009.
Mengacu pada hasil survei global positioning system (GPS) yang dilakukan Kepala Bidang Geodinamika Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cecep Subarya, bahwa selama ini ada daerah yang ”terkunci” atau tidak mengalami pergeseran akibat subduksi lempeng, yaitu di daerah Rajabasa, Lampung. Selain itu, menurut pendapat Wahyu Triyoso dari ITB, diketahui pula adanya ”mekanisme engsel yang membuka” selat tersebut.
Kondisi ini akan mengancam terjadinya gempa besar di Sukabumi. Diketahui di daerah ini terdapat sesar mikro Cimandiri yang menerus hingga ke Lembang. Sistem tektonis di selat ini, Wahyu memprediksi, dapat memicu gempa 8,6 SR.
Penelitian zona patahan yang dilakukan tim BPPT pada tahun 2002 telah menemukan terusan patahan Sumatera yang menerus hingga ke zona subduksi lempeng. Sesar atau patahan ini panjangnya 300 kilometer ke arah tenggara. Jaraknya dengan Sukabumi sekitar 350 kilometer.
Penemuan adanya terusan sesar Sumatera mengarah ke tenggara mendekati zona subduksi lempeng, telah memberi gambaran adanya bagian yang mengunci pergerakan daratan di selatan Lampung. Bagian ini berupa bidang segitiga yang terobek sesar Selat Sunda. ”Lepasnya energi di bagian ini akan mengakibatkan gempa besar berskala sekitar 8 SR.”
Terjadi 1908
Peneliti di Pusat Geoteknologi LIPI, Danny Hilman, mengemukakan, berdasarkan data dari United States Geographical Survey (USGS), gempa besar berkekuatan 8 SR pernah mengguncang kawasan Selat Sunda pada tahun 1908. Apabila melihat dampak kerusakan yang terjadi, yaitu wilayah Anyer dan Jakarta, sumber gempa saat itu ada di Selat Sunda, bukan di selatan Jawa Barat. Jadi energi yang tinggal sudah berkurang. Hingga kini belum diketahui periode kegempaan di kawasan Selat Sunda.
Kompas: Kamis, 3 September 2009 | 03:46 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar