Banyak sekali versi tentang asal usul Syekh Siti Jenar, hal ini membuat orang menjadi bingung dan ragu, apakah Syekh Siti Jenar itu benar-benar ada ataukah hanya sekedar tokoh imajiner dari para penulis Babad dan Suluk. Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang adalah seorang anggota Walisongo, namun karena di kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama maka Syekh Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedududkan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat, bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang) yang telah bertobat dan menjadi murid Sunan Kalijaga.
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Syekh Abdul Jalil. Ia adalah putera seorang ulama Malaka bernama Syekh Datuk Soleh yang hijrah ke Caruban (Cirebon). Sejak masih kecil Abdul Jalil ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Ia diambil sebagai anak angkat oleh Ki Danusela seorang Kuwu Caruban. Ki Danusela adalah keturunan Prabu Kertawijaya Maharaja Majapahit. Dia menikah dengan Ratu Inten Dewi puteri Prabu Surawisesa Ratu Sanghiang Ratu Aji Pakuan Pajajaran keturunan Sri Baduga Maharaja.
Sejak kecil Abdul Jalil menimba ilmu agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Mekah dan Baghdad. Ia kembali ke Tanah Jawa untuk berdakwah menyebarkan Islam. Syekh Abdul Jalil membuka dukuh-dukuh baru yang tersebar di Pulau Jawa. Dukuh-dukuh itu dinamakan Lemah Abang, Siti Jenar, Siti Abrit, Lemah Putih, Lemah Ireng. Namun karena merasa mendapat perlakuan yang berlebihan bahkan cenderung mulai memberhalakan dirinya, maka Syekh Abdul Jalil memutuskan untuk kembali ke Caruban.
Selepas kepergian Abdul Jalil ada seseorang bernama Hasan Ali membuat dukuh baru tak jauh dari Lemah Abang. Ia mendakwahkan dirinya sebagai Syekh Lemah Abang. Padahal Syekh Lemah Abang sejatinya adalah Syeikh Abdul Jalil. Orang ini sengaja memakai nama gelar Syeikh Abdul Jalil untuk kepentingannya sendiri. Hasan Ali adalah putra Resi Bungsu dan cucu Prabu Surawisesa Raja Pakuan Pajajaran. Nama asli Hasan Ali adalah Raden Anggaraksa. Ia mengajarkan ilmu yang menjadi kebalikan dari ajaran Syekh Abdul Jalil.
Kemudian hadir pula orang bernama San Ali Anshar. Ia adalah gurunya Hasan Ali alias Raden Anggaraksa. Ia juga membuka perguruan dan memproklamirkan dirinya sebagai Syekh Siti Jenar. Dialah yang mengajarkan paham bersatunya hamba dengan Tuhan (Wahdatul Wujud) serta sinkretisme Islam dengan agama Hindu & Budha, yang pada perkembangannya kemudian kita kenal sebagai kejawen. Sehingga para penganut kejawen sering diistilahkan sebagai kaum abangan, yang dinisbatkan pada tokohnya Syekh Lemah Abang. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar